Agen Togel Terbaik Terpercaya

Agen Togel Terbaik Terpercaya Agen Togel Terbaik Terpercaya Agen Togel Terbaik Terpercaya Agen Togel Terbaik Terpercaya

Kamis, 13 Juni 2019

Ku Hasratkan Nafsuku Dengan anak kos Yang Bohai

    Ku Hasratkan Nafsuku Dengan anak kos Yang Bohai

Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki-aki..” gerutu Mona sambil mengunci pintu kamar kostnya. Kembali hari ini ia sebel dengan Pak Mahmud, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang ajar terhadap dirinya. Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan Pak Mahmud yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding.

“Sore pak.. lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan.

“Eh.. mba Mona dah pulang..” sahut Mahmud dengan mata berbinar. “Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?”

Mona yang mau buru-buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.

“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”.

Mona menyanggupi dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar.

Mona mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum genit dan mesumnya menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri.

Ia menyerahkan lukisan ke Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya. Bokep Barat

Dengan sengaja Pak Mahmud menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya.

Sambil terus menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap. “Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah.

Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan itu.

“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi. “Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu. “Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati.

Sudah banyak planning yang kotor, genit darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua itu.

Tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana-mana. Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar.

Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya.

Beberapa kali kalau berpapasan sama Mahmud dan berbincang-bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati

Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat.

Sungguh merupakan idaman bagi semua laki-laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut.

Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara. Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan.

“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya.

Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu. Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat.

Mona menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg-degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.

“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin. “Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga. “Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong” keluhnya

Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju-baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut.

Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.

“Ehh..mba Mona baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.

“Ia pak..sekalian makan pak…terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya. “buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.

“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…” “Makasih ya pak”.

Mona buru-buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya.

Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal.

“Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Mahmud di situ.

“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?” “Uuuhh… sssshh.. ehm, i… iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya..

“Uuuuuffh.. ssshh…” aliran darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik. “per.. permisi pak.. uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali sambil terus menggaruk

Sedetik ia melihat Mahmud hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah.

Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu.

Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras. “Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya.

Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat.

Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari.

Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya.

“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona, sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan. “Nggeeh..ja..gan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih-rintih terus

Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian-belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak.

“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan liar. “Ouuuuhh… ss.. stoopp… aiiieh… iyaa… ouuhh” ngga jelas Mona mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok-obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Mahmud.

Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa Mahmud menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu.

“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus-elus pahanya dan meremas pantatnya. “Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud. “Ngeh.. ngeh.. iii yaaa paakk…ouufh..” diantara engahannya “kamu yakin..??” tanya Mahmud meyakinkan. “uuhh…ngeh…sssh..” ia hanya mengangguk “kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud sayang, tolong obok-obok memek saya…please saya mohon”

Mendengar perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat.. “ouuh.. ngeh.. Pa.. Pak Mahmud sssss…. sayaaang, ooh.. tol.. long obok… obok me… nggeh… memek sayaaaa… pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…” erang Mona. “Tentu sayang…”

Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya

“Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Mona mendesah-desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik. “Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan.

Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud. “Ouuuuuuhhhhhh….aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras.

Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud menunduk dan mencium bibirnya yang tipis. “mmmmmpphhh…..” Mona mengerang dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu.

Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud berpindah mencium puting kirinya.. “Auukkh..ssttopp..ssssshh…ssshh..” tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting kerasnya.

Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud ke penisnya di balik sarungnya. “oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya,

ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya.

Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu.

Mahmud mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona. “aaaaaaannggghhhhh… pppaaaakkhh…… aaaaaaannggghh…” Mona mencapai klimaks sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Mahmud, matanya makin nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit.

“Sekarang kamu isep punya bapak yaa.. kamu kan jago kalo sama pacar kamu” kata Mahmud menyuruhnya. “ouuh..ngga ma.. mau.. ap… aauupphhh.. mmmhh..” Mona yang lemas akibat klimaks tadi tak berdaya menolak saat Mahmud menarik lehernya membungkuk ke arah batang “monas” nya, tidak memperdulikan protes Mona yang ia tau hanya pura-pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya.

Kini dengan dengan bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu mulai mengulum batang kemaluan itu. “Oooh.. enak sayaaang… kamu memang jago.. sssshh… kamu suka kan..?” tanyanya. “mmmmmpph… sllluurpp.. mmmmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Mona, yang dengan semangat memainkan lidahnya menjilati dan menghisap penis Mahmud.

Aroma dan rasa dari penis laki-laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan yang paling enak. “Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa murahan dan pelacur…plaakk..!!” Mona tersentak saat pantat bulatnya ditepak oleh Mahmud, mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah membuat dia makin terangsang dan makin cepat ia mem-blow job penis Mahmud.

Belum pernah ia merasakan birahinya dibangkitkan dengan cara kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat menikmatinya. “Kurang ajar nih aki-aki” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis Mahmud yng membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat di bawah penis itu.

“Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..” Tanpa berucap Mona mulai menaiki ke atas tubuh tambun Mahmud, dengan deg-degan menanti penis besar itu ia menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Mahmud yang memegang pinggangnya yang ramping.

“Ooooh..” Mona mengerang saat ujung “helm” penis itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai memasuki liang surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat baru masuk sedikit, liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis Mahmud itu.

“Enak kan sayang?”

“Hmmmmm…nggh…” Mona hanya mengerang dan memjamkan mata menunggu penis itu membenam ke dalam vaginanya. Tapi Mahmud hanya menggesek-gesek liang vagina Mona itu dengan ujung kepala “meriamnya”. Gadis itu menggoyang-goyang pinggul seksinya dan berusaha menurunkan badannya, tapi Mahmud tetap menahan pinggulnya sehingga tetap belum dapat “menunggangi” penis Mahmud.

“Hemmm…kenapa sayang? Udah ga sabar yaa ngerasain ****** bapak?”

“Huuh?..nggeeeh…aa..paahh…” Mona ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa gengsi pada dirinya.

“Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau ****** bapak, kamu harus memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan lakukan dengan seksi..”

“aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu paakk…pleaaase…” Mona sudah benar-benar terangsang dan tidak bisa berfikir jernih lagi, dalam pikirannya kini hanya penis Mahmud saja. Mahmud mendengus dan seperti hendak memindahkan tubuh Mona di atasanya, merasa perbuatan itu.

“Oouuh ooke..okeeh paaak…ngeh, tega bgt sih bapak…oouf paak, tolong masukin kontol ba..ngeehh..bapak ke memekku paak, entotin sayaaa ooh paakk…akkuu..memang cewe murahan yang sok suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu mohooon…” pinta Mona memelas sambil meremas-remas kedua payudaranya.

“Hehehehe…kamu tergila-gila ya sama ****** bapak..”

“Iyaa ppaakkh…please..aku ga tahaaan paakk…”

“Kontol pacar kamu ga ada apa-apanya kan?”

“oouuh..jauuh pakkk..punya bapak lebih hebaat dan enaaaakk”

“Hehehe..good…ini dia hadiahnya..”

Mahmud lalu menarik ke atas tubuh Mona dan menurunkannya kembali, dengan diiringi erangan Mona merasakan penis itu makin dalam masuknya dan sulit ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat kalinya. Mona kembali menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah ¾ penis itu diemut vaginanya.

Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya perlahan tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa “menerima” penis berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar dikuasai nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang-awang merasakan gesekan-gesekan penis Mahmud dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5 menit Mona sudah merasakan akan keluar lagi.

“Ouuh.. gilaaa.. paaakkh.. oouuuhhhhhhhhh..” Mona mencapai klimaksnya lagi dan ia terus bergerak naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu. Buah dadanya yang besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan badannya, dengan nikmat Mahmud meraup gumpalan daging kenyal itu dan meremas-remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis itu, diiring dengan bunyi “plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat akibat beradunya badan Mona dengan perut buncit Mahmud.

Hampir 15 menit Mona menikmati hunjaman-hujaman penis itu, dalam periode itu Mona sudah mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak dapat menahan untuk tidak melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk fokus bahwa ia telah dibuat klimaks oleh seorang laki-laki yang pantas jadi ayahnya. Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh terasa nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya.

Mahmud juga sudah hampir mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini juga dirasakan oleh Mona, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang menyebabkan buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat.

“Uuuaaahh… gilaaaaa… ooouuuhhh…” akhirnya Mahmud tidak dpt menahan lagi, spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan dengan klimaks yang sangat kuat dari Mona. Mahmud merasakan dinding vagina Mona yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya. Dengan lunglai Mona turun dari tunggangannya dan rebah di samping Pak Mahmud yang juga masih merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik dan sexy itu.

“Kamu memang hebat hebat cantik…” kata Mahmud merayunya. “Cukup pak..ngeh, aku ga tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak terjadi, cukup sekali ini terjadi” Mona yang sudah mulai jernih pikirannya, ia kini sangat menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada Mahmud.

Ia memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu. Melihat Mona yang mulai membereskan bajunya dan hendak pergi, Mahmud bergerak cepat. Ia memegang leher belakang Mona yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu dengan cepat membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka duduk.

“uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan. “hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Mahmud lalu menarik tangan Mona dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah sadar masuk ke kamar Mahmud. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia merebahkan tubuh telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya.

Lalu ia mengikat kedua pegelangan kaki dan pergelangan tangan Mona ke ujung ranjang besi, sehingga kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki yang mengangkang lebar. “uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara masih serak dan lemah Mona berontak dengan percuma, ia mulai takut apa yang hendak dilakukan.

Melihat posisi dan kondisi Mona yang menggairahkan itu, Mahmud tidak tahan lagi ia membungkuk lalu menciumi payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi puting Mona yang sebentar saja langsung mengeras. “Ouuh..pak..! lepasin saya pak…kalo ngga sa… aauupphh… mmbbllllmmmmm…” Mona tidak dapat melanjuntukan omongannya karena ditutup lakban oleh Mahmud.

Kini kesadaran Mona sudah mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai takut karena kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Mahmud.

Pandangan matanya mengikuti Mahmud seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya. “Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Mahmud sambil memasang kabel menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya.

Mata Mona terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya serasa akan copot dan kepalanya tiba-tiba pusing mendadak melihat adegan per adegan dari video itu. Ternyata kejadian di sofa ruang tengah tadi semuanya direkam oleh Mahmud dari tempat tersembunyi, terlihat jelas saat ia melihat dirinya mulai merasakan gatal yang menyerang, mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian dia berhubungan sex dengan Mahmud.

Perasaannya makin hancur saat ternyata Mahmud tidak hanya merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi yang merekam seluruh kejadian. Bahkan saat ia memohon kepada Mahmud untuk mengobok-obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar jelas.

Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia sudah menduga apa yang akan diminta oleh Mahmud dengan adanya video itu. Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk, kini ia hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya menunjukkan dirinya menikmati setiap detik permainan panas itu dengan aki-aki tambun yang sudah tua.

“Percuma kau menangis.. kini kamu akan merasakan akibatnya karena selama ini menjadi cewek sombong yang sok suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar kamu selama ini, nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga bapak jamin film ini akan nyebar kemana-mana, kamu ngerti…??” tegas Mahmud. Mona hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu.

“Sekarang yang aku minta kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani saya..bisa..?? kalo tetap nangis kamu akan terima hukuman yang berat..” Kembali Mona hanya mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia membayangkan kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Mahmud yang memang di atas rata-rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah terasa desiran-desiran halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak mengeras.

“Sayang… yang punya penis si Mahmud itu..” pikirnya. Mona melotot kaget saat Mahmud mengambil sesuatu dari lemari yang ternyata merupakan dildo vibrator yang berukuran panjang. Mahmud kini duduk di ranjang di dekat kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan vaginanya yang terbuka menantang, lalu ia mengusap dengan tangannya yang mengakibatkan Mona terhentak.

“Kayanya udah basah nih..udah siap yah..” goda Mahmud, lalu ia membungkuk dan wajahnya kini sudah di depan liang surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba Mona menggelinjang saat lidah Mahmud menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk beberapa saat Mona menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan pandangan matanya sayu.

“Ngggeehhhhhhhh…!” Mona menjerit dengan mulutnya yang tertutup lakban, saat Mahmud memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya yang sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin dalam ditusukkannya. Kembali ia menggelinjang hebat saat Mahmud menyalakan vibartornyanya.

Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi kenikmatan yang belum pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini erangannya terdengar seperti rintihan kenikmatan diiringi dengusan nafasnya yang memburu.

Mona melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bag bawah makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu dan kaget, ia mencapai klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..” “nngggggghhhhh… mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!”

Tubuh montoknya menegang sesaat ketika klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap bergetar seperti mengoyak-ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat kembali dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu.

“Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya…tenang aja, getarannya akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata Mahmud, ia hanya ketawa melihat Mona memandangnya dengan tubuh telanjangnya yang menggeliat-geliat, tubuh montok yang tampak berkilat karena keringat.

Mahmud makin tertawa karena Mona mengerang lagi karena telah orgasme untuk kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Mona yang terus mengerang-erang karena getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa kali Mona dipaksa untuk orgasme, tubuhnya mengkilat karena basah oleh peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali tapi dildo yang menancap di vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang.

Akhirnya karena tidak kuat lagi, gadis malang itu jatuh pingsan.
Share:

Selasa, 28 Mei 2019

Kecanduan Bersetubuh Dengan Adik Sepupuku Yang Masih SMA





Agen Baneer - kisah ini bermula ketika aku sudah beranjak dewasa bersamaan dengan adik ku juga, berawal waktu aku sedang mandi sendirian dirumah kemudian.

Nama gue Monika, saat ini tercatat sebagai mahasiswi ekonomi Universitas swasta yg ada di Bandung. Ayah gw berasal dari Bandung, sedangkan ibu gw asli Sukabumi, mereka tinggal di Sukabumi. Cerita dewasa sedarah ini menceritakan kisah nyataku yg terjadi saat masih duduk dibangku sekolah, tepatnya saat kelas 1 SMA. Dan skandal sekstabu ini masih terus berlanjut sampai detik ini! gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung gw sendiri. Sebagai kakak kandung hasrat hubungan sex dgn adik itu slalu saja gagal kubendung.

Gw anak yg paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1,5 tahun dgn adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yg tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dgn adikku yg tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.

Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dgn teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.

hallow! Siapa di dalam buka dong! Udah nggak tahan! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi

Iyaaaaaaa! Wait! ternyata adikku yg di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.
aduhhhhhhh. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.

Baca Juga : Menikmati Keperawanan Sepupuku Yang bernama Luna

kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.
Ada apa sih kak? katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.
Kulihat adikku yg berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.situs-dewasa

Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yg lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yg masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dgn kulupnya masih menutupi helm penisnya.

Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.

Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yg basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.

Baca Juga : Terdapat Dua Propokator Aksi 22 Mei Terduga dalam Kelompok Afiliasi ISIS

Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.
Gw lalu membuka celana dalam gw yg warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dgn membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yg tanpa celana.

kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.

Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzz..! katanya.
Karena Gw memukul dgn sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!

kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir.
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.

Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.

Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku

Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul.
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.

Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.

Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.

ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii…
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.

Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dgn sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan.
Hihihi.. kakak terangsang ya..?
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.
Ini basah banget apaan Kak..?
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.

Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.
Dikit aja Kak… Please..!
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dgn nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.

Enak ya kak..?

Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!

Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya.
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dgn mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.

Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dgn satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dgn vagina Gw.

ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.
Iya Kak..!
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.

Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yg kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dgn sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.
Ouughhh..! katanya.
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.

Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.
Wahh..! Gila adik ya..!
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.

Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dgn pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dgn jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang.

uhhhhhh..! ssssttt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.

Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yg bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yg cukup lama.

Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yg ke Sukabumi, maka dia yg akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yg dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Begitulah cerita dewasa sedarah itu terjadi, dan terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw sampai sekarang .

Share:

Minggu, 26 Mei 2019

Menikmati Keperawanan Sepupuku Yang bernama Luna


sebagai remaja yang sering berkumpul dengan teman-teman yang sering bermain sex layaknya dalam cerita seks, akupun akhirnya menginginkan menikmati permainan sex seperti cerita mereka, namun aku masih malu jika harus melakukan hal itu dengan pacarku yang masih satu kelas juga denganku di sekolah yang sama. Dia juga masih seumuran denganku yakni 18 tahun. Namaku Bobby  dan pacarku Vika kami menjalin hubungan sudah 6 bulan lamanya. 

Tapi tidak pernah melakukan adegan layaknya cerita seks yang sering menjadi perbincangan teman-temanku, karena Vika memang begitu pendiam di tambah dia memang tidak suka bergaul seperti gadis-gadis lainnya tapi aku begitu menyukainya karena dia begitu cantik dan juga pintar, karena aku memang suka sama cewek yang memiliki otak pintar. Selain dekat dengan pacarku aku juga dekat dengan sepupuku Luna namanya, dia seumuran denganku tapi sekolah kami beda. 

Baca Juga : Ke Mulusan Office Girl Yang Membuat Sangek

Luna sering bermain di rumahku bahkan dia sering menginap pula, Luna mempunyai wajah yang begitu cantik bahkan banyak dari temanku yang tertarik padanya dan sering pula mereka mereka titip salam buat Luna sepupuku yang cantik dan seksi itu.

karena memang sudah aku anggap saudara sendiri maka aku begitu dekat dengan Luna  malah dia sering tidur di kamarku. Dan orang tuaku menganggap hal itu biasa saja karena memang dari kecil aku begitu dekat dengan Luna sampai akhirnya aku tidak menyangka kalau akhirnya aku akan melakukan adegan dalam cerita seks dengan Luna  yang notabene adalah sepupuku sendiri. Kejadian itu bermula ketika kami sedang bermalas malasan tiduran di kamarku sambil membuka laptop. 

Sampai akhirnya aku membuka situs cerita seks, kamipun membacanya bersama dan entah siapa yang memulai kami mendekat perlahan sampai akhirnya bibir kami sudah saling mengulum dengan mesranya. Dan tidak perlu waktu lama akhirnya kamipun sudah dalam keadaan telanjang bulat. Dengan lembutnya aku berbisik pada Luna karena aku lihat dia masih gugup sedangkan aku sudah dalam keadaan sange sekali ” Tenang Mer nggak ada siapa-siapa kok. ” Kataku dengan lembutnya kemudian aku mendekatkan bibirku kembali pada bibir Luna layaknya pemain dalam cerita seks aku melumat bibir Luna dan aku mainkan lidahku dalam mulutnya yang begitu merekah.

Kemudian tanganku mulai menggerayangi tubuhnya yang sudah telanjang bulat, sampai akhirnya aku lumat juga teteknya ” Ooouugghh Bobby aaagggghhh nik mat. aaaagggghh terus. aaaggggggghhh. uuuugghhhh. ” Desah Luna saat itu dan hal itu membuatku semakin aktif memainkan lidahku dalam teteknya, dengan tanganku yang sebelahnya aku pilin puting Luna . Diapun semakin menggelinjang manja sambil terus mendesah layaknya pemain cerita seks ” Ooouuugghhh ooooouuugghhhh aaaaghhhh.. terus.. Bobby.. aaagggghhhh. ” Desah Luna semakin menjadi dan akupun memberinya sedikit sentuhan yang membuatnya kelimpungan bahkan dengan jelas dia memintaku untuk segera naik ke atas tubuhnya yang mulai memanas. 

Namun aku tidak mengindahkan permintaan Luna malah aku semakin menyusuri bagian bawah tubuh Luna. Aku kecup setiap lekuk tubuhnya sampai akhirnya aku temukan Puki Luna  masih dalam keadaan ranum dengan rambut halus di sekitarnya, aku daratkan bibirku pada Pukinya sampai akhirnya dia menggelinjang sambil mendorong kepalaku karena tidak kuat dengan permainan ini

Tapi aku pegang dengan kuat pinggangnya dan melumat habis Puki Luna, aku lihat dia mendesah berulang kali dan juga menggelinjang bagai cacing kepanasan yang siap untuk di perlakukan apa saja. Kemudian aku menemukan klitorisnya dan aku lumat juga sesekali aku hisap klitoris Luna  hingga akhirnya lama-kelamaan aku merasakan kalau Pukinya yang awalnya kering. Akhirnya basah juga mungkin dia sudah merasa horny dengan permainan lidahku dalam Pukinya itu. Tatkala aku hisap Pukinya diapun menggelinjang ” Ooouughh… Bobby… aaaaggghhh… nikmat… ya… aaaagghh….. aaagggghhhhh…… ” Dan akupun tidak tahan juga untuk segera menuntaskan permainan ini, dengan kontol yang sudah siap mengacung dari tadi. Akupun merangkak dan menindih tubuh Luna lalu aku acungkan kontolku pada lubang Puki Luna namun meleset dari perkiraanku. 

Karena beberapa kali aku coba namun tidak bisa juga padahal akupun sudah melakukan dengan sekuat tenaga namun yang ada Luna merintih bahkan dia menjerit keras ketika aku paksa kontolku masuk dalam Pukinya sampai akhirnya aku merasa capek juga.

Namun Luna  memberika semangat padaku ” Ayo Bobby coba lagi siapa tahu bisa… ” Aku menatap mata Luna dan berbisik lirih padanya ” Apa kamu belum melakukan ini sebelumnya … ?” Bukannya menjawab Luna malah menangis sambil berkata ” Kamu pikir aku cewek apaan sembarangan melakukan hal ini… ” Kasihan juga mendengarnya mengucapkan kata itu. 

Akhirnya akupun kembali mencoba memasukkan kontolku dengan perlahan namun aku tuntun kontolku dengan tanganku. Dan setelah beberapa kali akhirnya masuk juga kontolku dengan perlahan aku gerakan pantatku sambil terus menatap wajah cantik Luna, sampai akhirnya aku semakin cepat juga bergoyang malah kini aku yang mengerang karena nikmatnya dalam kontolku. 

Aku bergoyang layaknya dalam cerita seks dan mengerang ” Aagghh… yaaaaaaccchhhh… yaaaaaacchhh… nik.. mat.. say… aaaaggghh…. aaagggghh… ” Desahku sambil terus menggoyang pantatku dan aku lihat Luna juga sudah melupakan kesedihan dari perkataanku dia mendesah sambil memejamkan matanya menikmati gerakan pantatku di atas tubuhnya. Sampai akhirnya akupun merasakan semakin panas kontolku, dan bergerak dalam Puki  Luna

Tidak lama kemudian aku memuncratkan spermaku dalam Puki  Luna dan aku rasa dia juga begitu menikmatinya ” Sayang… aaaaggggghhh… aaaaaggggggghh… aaaggghh…. ” Tubuh kami berdua benar-benar terkulai lemas tapi aku peluk dengan mesra tubuh Luna tanpa takut ketahuan orang tuaku.

Share:

Selasa, 07 Mei 2019

Ke Mulusan Office Girl Yang Membuat Sangek


Raraaaaaa!!” suara lantang itu menggelar dari deretan kubikel yang dipenuhi kertas-kertas. Tak lama seorang gadis datang dengan tergopoh-gopoh.
” Iya Mas, ada yang bisa saya bantu?”
” Tolong beliin nasi padang dong di tempat biasa, pake rendang ya. Terus bikinin gue teh manis ya.” perintah si Mas yang berteriak tadi.
” Eh gue juga Ra. Pakai telur dadar aja. Sambalnya banyakin.” suara lain ikut menyahut dari belakang kubikel si Mas.

” Rara ulang pesanannya ya. Mas Radit nasi padang pakai rendang. Mbak Dian pakai telur dadar. Terus Mas Radit pesan teh manis. Mbak Dian?”
” Gak usah. Gue bawa air dari rumah.” jawab Dian sambil mengangkat botol minum.
” Rara permisi dulu kalau begitu.”
” Jangan lama Ra!”

Rara mengangguk pelan lalu berjalan menjauh dari kubikel menuju lift.  Di dalam lift Rara menghembuskan nafas kasar. Dia baru bekerja di perusahaan ini selama 2 bulan tapi lelahnya seperti setahun berlalu. Dia heran, dari sekian banyak OB dan OG, kenapa selalu dia yang mendapat tugas menyiapkan makannan dan minuman pesana para karyawan kantor. Tahu begini Rara menyesal keluar dari rumah majikannya.

Ah, mengingat majikannya membuat ia tersenyum. Banyak kenangan indah di sana. Sayang, ia harus berhenti bekerja di sana karena pulang kampung dalam waktu kelewat lama. Pikirannya berkelana menuju rumah sang majikan. Membayangkan sedang apa kedua anak majikannya yang selalu dia asuh. Membayangkan Mbok Min yang sibuk memasak di dapur dan ahhhh mengingat ‘dia’.

Rara memejamkan matanya, mencoba menggali lebuh dalam ingatannya tentang ‘dia’. Laki-laki itu meninggallkan terlalu banyak jejak dalam hidupnya. Ia rindu. Pukul 17.30 tepat ketika Rara tiba di kos-kosan tempat selama dua bulan ini ia berlindung dari hujan dan panas. Cepat dia membuka pakaian kerjannya, hanya dengan menggunakan pakaian dalam menggantung seragam kerjanya dengan baik agar bau keringatnya hilang.

Kadang Rara iri dengan para karyawan tempat ia bekerja. Mereka terlihat rapi, tampan dan cantik dengan kemeja atau blus yang melekat di tubuh mereka. Sedangkan ia? Hanya bisa mengenakan seragam berwarna orange ini untuk membungkus tubuhnya.

Bersyukur Rara, bersyukur. Ucapnya dalam hati sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri. Rara bergegas bersiap mandi, ia tak mau menjadi terlalu banyak mengeluh.  Ia membuka kaitan branya. Dengan santai melempar bra itu ke dalam keranjang pakaiannya. Dengan gaya centil Rara memperhatikan tubuhnya sendiri di balik cermin.

Dadanya yang membusung membuat ia berdecak. Ia menyentuh pelan putingnya yang berwarna kecoklatan. Menyentil secara bergantian puting kiri dan kanan payudaranya. Bukannya berhenti, kini ia meremas pelan dua gunung kembar itu.

Sesekali ia menyentil kembali putingnya yang mulai mengeras. Rara menggigit bibir bawahnya. Menahan birahi yang mulai tersulut. Matanya terpejam, ia mencoba mengingat sentuhan ‘dia’. Kala ‘dia’ meremas payudaranya dengan kuat dan penuh semangangat. Mengingat juga saat ‘dia’ mengulum gemas kedua putingnya secara bergantian yang seolah selalu mengundang untuk diemut.

Rara kini berpindah posisi, tidak lagi di depan cermin tetapi di atas kasur yang tidak beranjang itu. Tangan kanannya meremas makin kuat di payudara kanannya. Sedangkan tangan kirinya sudah berada tepat ditengah vaginannya yang entah sejak kapan sudah terlepas dari pembungkusnya.

Rara mendesah tertahan ketika jari telunjuknya dengan lembut memijat kacang kecil di kemaluannya.

” Ssshhhhh hmmmpppp”
” Ahhhhh shhhhhh hmmpppp ssshhhh”

Desahan dari bibir Rara semakin kencang, seiring dengan usapan pada klitorisnya. Badan Rara mengejang, kedua kakinya menekuk.

” AHHHHHHHHHHHHH”

Tak lama kemudian terdengar erangan panjang dari mulut Rara beriringan dengan cairan kental yang mengalir dari kemaluannya. Rara melepaskan tangannya dari klitorisnya. Dengan nafas yang setengah-setengah Rara terbaring di kasurnya. Terpejam. Tertidur dengan kondisi telanjang dan lupa untuk mandi. Lagi.

Rara membawa nampan berisi teh dan kopi yang diminta Pak Baskoro 10 menit lalu. Kepala bagian keuangan itu sedang kedatangan beberapa tamu sejak tadi. Entah membahas apa, Rara pun tidak paham.

Dengan perlahan diletakkannya satu persatu cangkir di atas coffe table ukuran sedang di ruangan Pak Baskoro. Sesekali ia tersenyum sopan mempersilahkan para tamu itu menikmati hidangannya. Setelah tugasnya selesai ia pamit keluar ruangan dan menuju pantry.

Di pantry, Rara menyeduh kopi sachetan untuk dirinya sendiri. Sebentar lagi jam makan siang, dan dia butuh caffein untuk menaikkan mood dia saat menjalankan tugas membelikan makanan untuk beberapa karyawan. Sambil menyesap kopi, Rara tersemyum kecil. Ia ingat beberapa orang di ruangan Pak Baskoro tadi mencuri pandang saat ia meletakkan cangkir-cangkir itu di meja.

Kemejanya yang tidak begitu ketat, memang memudahkan akses pandangan ketika ia menunduk. Dan Rara suka itu. Ada hal lain yang dia rasakan ketika para pria itu asyik mengintip apa yang ada d balik kemeja yang dia kenakan dan membayangkan seperti apa bentuk dan rasanya.

Ughhhh lagi-lagi…. mengingat ini saja mampu membuat putingnya mengeras. Rara melirik jam dinding yang berada di pantry. 20 menit sebelum jam makan siang. Rara, meletakkan cangkir kopinya di meja dan bergegas menuju toilet khusus kacung seperti dia yg berada di belakang pantry.

Rara buru buru masuk ke dalam toilet. Membuka celana kain dan celana dalam yg dikenakannnya.
Sambil bersandar Rara mulai memainkan klitorisnya. Membayangkan tubuhnya yang dijamah oleh tamu-tamu bosnya. Tangan kirinya menyusup kedalam kemeja yang kancingnya sudah terbuka tiga. Meremas penuh nafsu payudaranya sendiri. Memainnkan setiap inci dari puting coklatnya.

Shhhhh shhhh” Rara tidak lupa ia berada di mana, maka dari itu ia berusaha sekuat mungkin meredam suara yg keluar dari mulutnya.

Jari telunjuknya kini mulai mengelus lubang kecil di bawah klitoris. Sedangkan jarinya masih menstimulan klitorisnya. Tidak sanggup menahan desakan, Rara mulai memasukkan satu jarinya ke dalam lubang kenikmatan itu.

Ditekuknya jarinya itu. Dan perlahan dia memijat bagian yang ia tahu sebagai G-spot dirinya.

“Hmppp sshhhh hmmpp”
Makin lama pijatan makin kuat. Jempolnya juga makin kuat menggesek kacang indah itu.

Telunjuknya kini tidak lagi memijat, tetapi mulai bergerak keluar masuk, diikuti dengan desahan yang makin coba ia tahan.

” Hmmmpppp shhhh hmmmmmpppp uhhhhhh”

Gerakan telunjuknya makin cepat, cepat dan cepat dan akhirnya………

Baskoro Admajaya adalah salah satu pegawai senior di perusahaan properti ini. Penampakannya khas laki-laki beumur 50-an. Berperut buncit, rambut mulai terkikis usia, dan kumis melintang, mirip sosok Pak Raden di serial acara anak-anak buatan Indonesia yang lumayan terkenal bagi generasi 90-an.

Dari bincang-bincang para OG lainnya yang di dengar Rara, Pak Raden….eh Pak Baskoro ini duda 3 anak yg kesemuanya sudah menginjak usia remaja. Istri beliau meninggal 5 tahun lalu dan sejak saat itu Pak Baskoro tidak pernah menikah lagi.

Pak Baskoro juga dikenal sebagai sosok keras yg idealis. Menjungjung tinggi prinsip hidupnya yang jujur dan penuh moral.

Tapi bukan itu yang menjadi alasan Rara memfokuskan dirinya memikirkan pria itu. Tapi sikapnya yang semena- mena kepada dirinya. Dari seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan ini, hanya Pak Baskoro sajalah yang sangat kasar kepada dirinya. Tidak terbilang selama dua bulan bekerja, Rara dibentaknya. Entah karna kopi yang kurang manis atau sambal yang ada di makanan pesanannya kurang banyak.

Berkali-kali ingin rasanya Rara melemparkan nampan ke wajah laki-laki setengah baya itu. Tapi apa daya, itu hanya sekedar angannya karena Rara sadar Pak Baskoro itu bosnya.

Seperti sekarang, dengan wajah merengut Pak Baskoro memanggilnya untuk memesan segelas kopi hitam.

” Bikinkan saya kopi sepeti biasa. Tapi gulanya ditambah. Masa setiap bikin kopi selalu kuramg manis.”

Rara hanya menggangguk menanggapi omelan Pak Baskoro. 10 menit berlalu Rara kembali mengetuk pintu ruangan berukuran 4×5 tersebut. Setelah mendengar jawaban dari dalam sana, Rara melangkah pelan menuju meja Pak Baskoro.

” Ini kopinya Pak.” ucap Rara setelah meletakkan cangkir di meja kerja Pak Baskoro.

Pak Baskoro hanya melirik singkat lalu mendengus dan kembali menekuni laporan keuangan di depannya. Rara yang sadar tugasnya selesai, berbalik setelah mengucapkan permisi. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara Pak Bas.

” Itu seragam kamu, kenapa kancingnya kamu buka?” Rara diam, menengok ke bawah, ke arah kemejanya.
” Ini anu Pak…. panas. Jadi tadi saya buka waktu di pantry. Maaf saya lupa membetulkannya lagi.”
” Itu rok kamu tidak ada lagi yang lain? Kenapa pakai yang pendek begitu. Kamu itu kan cuma OG. Bukan sekretaris.” Kali ini Pak Baskoro menunjuk rok hitam yang dikenakannya.
” Rok dan celana kain yang saya punya masih basah semua Pak. Beberapa hari ini kan hujan.” jawab Rara gugup.
” Hhhh… ya sudah. Balik sana ke pantry. Besok-besok saya tidak mau melihat kamu pakai rok itu lagi. Paham?!”

Rara mengangguk kuat dan segera berbalik keluar dari ruangan Pak Baskoro. Rara meletakkan nampan yang ia gunakan untuk membawa kopi Pak Baskoro tadi di rak piring yang berdampingan dengan kulkas mini.
Lalu dengan santai ia memasang kembali kancing seragam OG-nya. Dan menarik turun bagian bawah roknya agar menjadi lebih panjang seperti semula.

Satu senyum simpul terukir di wajah ayunya.

Laki- laki itu terbaring namun tak jua bisa terpejam padahal angka jam di sampingnya sudah sedari tadi melewati angka 11. Ada sesuatu yang membuat ia tidak bisa terlelap dan ia tahu hal apakah itu.

Laki- laki itu melirik sisi sebelah kanannya, disana seorang wanita yang ia panggil istri asyik terlelap dengan terbungkus selimut. Tidak terganggu dan tidak menyadari kalau suaminya gelisah di sampingnya. Seolah hanya ia sendiri saja yang berada di ranjang king size itu.

Laki-laki itu, kita panggil saja dia Radja, pria berumur 45tahun, gagah, dengan wajah yang lumayan lah walau belum masuk kategori terlalu tampan, kembali sibuk membolak balik badannya ke kiri dan ke kanan. Sesekali juga ia melirik lagi istrinya, berharap si istri peka. Namun sayang, seperti malam-malam sebelumnya, istrinya kembali enggan melayani dirinya.

Radja bangun dari ranjang, menuju pintu dan keluar. Mengambil bungkus rokok yang berada di ruang keluarga dan duduk lemas di teras belakang.

Benak Radja melayang, memikirkan istrinya yang mendadak aneh sejak kehamilan anak ke dua mereka. Tidak lagi bersemangat dalam urusan ranjang mereka. Bahkan sejak gadis kecil mereka lahir, istrinya itu sering menolak ajakan paling nikmat di muka bumi itu. 

Sebenarnya ia tak ambil pusing urusan itu 3 tahun yang lalu, karena Radja memiliki ‘dia’. Rumah keduanya, yang membuat dia selalu bersemangat pulang ke rumah sepenat apapun ia di kantor.

Bibir Radja yang menghembuskan asap rokok seketika tersenyum. Setahun yang lalu ‘dia’ masih ada di sini. Menemaninya dengan segelas wedang jahe saat ia terserang insomnia. Memenuhi kebutuhannya saat istrinya menolak dirinya. Setahun berlalu sejak dia pergi, dan Radja merindukan ‘dia’. Masih merasakan kehadirannya saat melingkupi bagian tubuh Radja yang mengeras.

Radja melirik ke bawah. Tangannya yang bebas mengelus perlahan batang keras yang makin menonjol sejak tadi.

” Sepertinya kita main solo lagi Jo.” bisiknya di sela hisapan rokok.

Radja membelalakkan matanya ketika melihat siapa yang ada di depan matanya ‘Dia’ berdiri dengan lingerie yang dulu pernah Radja berikan. Radja ingat ‘dia’ tidak pernah mau mengenakan lingerie berwarna putih itu dengan alasan malu. Alasan yang selalu diakhiri dengan kekehan dari Radja mengingat aktivitas ranjang mereka tidak pernah melibatkan sehelai benang pun.

‘ Dia’ berjalan pelan menghampiri Radja yang terlentang diatas ranjang. Dengan gaya centil yang Radja ajarkan, ‘dia’ perlahan merayap ke atas kasur. Mendekati Radja dengan merangkak dan omenggoda. Radoja selalu suka melihat hasil karyanya bisa menjadi sehebat ini. Gadis oyang bertransformasi menjadi bitch dengan sempurna.

‘Dia’ terus merangkak mendekati Radja. Payudaranya yang hanya tertup lingerie terlihat bergoyang kekanan dan kiri mengikuti gerak tubuhnya yang merangkak sensasional.

‘Dia’ kini sudah duduk tepat di atas selangkangan Radja Dengan seduktif ‘dia’ mengelus rahang berjambang milik Radja. Menyusuri tulang keras yang membentuk wajahnya itu. ‘Dia’ mendekatkan wajahnya tepat di depan Radja. Menempelkan bibirnya yang terpoles lipstik merah ke bibir Radja. Ciuman yang Radja rasa semakin mahir. 

Ciuman itu awalnya hanya sentuhan biasa, sekedar menempelkan bibir mereka berdua. Namun itu hanya sementara. Tak lama bibir gadis di hadapan Radja ini bergerak membuka. Mencoba menyelusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Radja yang tentu tidak akan Radja lewatkan.

Lidah mereka saling mengait, menyapu langit2 mulut, menggigit bibir bawah, merasai liur masing-masing. Sembari beradu lidah, tangan si gadis mengeksplor dada dan perut Radja. Meraba bidang datar di hadapannya. Radja melenguh pelan di tengah ciuman mereka.

Membalas tindakan ‘dia’, Radja juga tak mau tinggal diam. Ditangkupnya kedua bukit kembar favoritnya itu. Merasakan tekstur kenyal dan lembut yang selalu membuatnya rindu.

Tangan si gadis sendiri sekarang sudah melingkar lemas pada punggung Radja. Payudaranya habis dieksplorasi dan perlahan salah satu tangan Radja menggosok area vaginanya.

” Akhhhhhh…” erangan ‘dia’ lolos terdengar saat Radja mengelus klitnya dari balik g-string berwarna senada.

Ciuman mereka makin panas, semakin lekat dan intens. Sebentar jeda diambil Radja untuk meloloskan ‘baju minim’ itu. Sesekali Radja iseng mencubit puting coklat di depannya. Si gadis pun cekatan membuka pakaian Radja yang tersisa. Segera mereka polos berjamaah.

Tertegun Radja menikmati ‘keajaiban dunia ke-delapan’ yang terpapar di hadapannya. Tangannya masih menempel di payudara sang gadis, penisnya melekat di pintu gerbang taman bermain. Tinggal memasukkan koin, permainan segera dimulai ..

Dengan penuh rasa lapar, Radja mendorong perlahan batang lolipopnya. Sempit….. masih sama seperti terakhir ia menikmatinya. Ditekannya lagi lebih dalam…

” Akhhhhhhhhhhhh”

Helm dan batang Radja sukses menembus pintu. Radja tidak ingin terburu- buru. Ia nikmati setiap sensasi denyutan yang dihasilkan vagina gadis di bawahnya.

‘Dia’ ternyata lebih tidak sabar dari Radja. Dengan kedua kakinya, ditekannya pantat Radja ke depan, sehingga penis kebanggaan Radja terperosok lebih dalam.

Radja melenguh bak sapi jantan. Menahan setiap getaran yang terasa di sepanjang batangnya. Tak tahan, Radja memutuskan menggoyang pinggulnya. Maju mundur.

” Akhhhhhh ahhhh ahhhh ” desahan dari gadis di bawahnya itu menjadi musik penyemangat bagi Radja. Ia menjadi lebih bersemangat, terlebih saat gadis itu mencengkram lengannya saat Radja menghentakkankemaluannya lebih dalam.

Plok! Plok! Plok! Suara penis dan vagina yang beradu terdengar nyaring memenuhi kamar peraduan mereka. Radja makin mepercepat dan memperdalam tususkannya.

Radja menggengam payudara gadis itu ketika di rasanya sesuatu di dalam sana ikut mencengkram batangnya.

” Radja……..” nama Radja terdengar dari mulut si gadis bersamaan dengan cairan kental yang dirasa Radja menyemprot kemaluannya dan lengkungan indah tubuh ‘dia’.

Radaja tidak sanggup menahan lebih lama lagi. Ia sampai di batas pertahanannya. Tanpa ampun Radja menggenjot vagina si gadis dengan lebih cepat. Lebih cepat. Semakin dalam.

” Ahhhhh ahhhhh uhhhhh ohhh yessss… ohh god…. ohhhhh ahhhh nooooo AKHHHHHHHHH”

‘Dia’ mendapatkan lagi puncak itu dan tak lama kemudian Radja mengejang. Badannya kaku. Dengan sekali hentakkan dalam Radja mengeluarkan cairan hangatnya ke dalam rahim si gadis.

Tapi sebelum itu terjadi, waktu di sekitar mereka seolah berhenti.

” Mas bangun! Kamu nggak ngantor?”

Suara yang terdengar melengking membuat Radja mengerjapkan kedua matanya. Ia terkejut, ia masih di ruangan yang sama, dengan ruangan tenpat ia memadu kasih tadi, namun sosok gadis itu tidak lagi terlihat, digantikan sosok istrinya yang sudah berpakaian rapi.

” Kamu mau kemana?” Radja bertanya saat sadar istrinya sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper kecil di atas ranjang.
” Aku ada kerjaan di luar kota lagi Mas.” jawab sang istri singkat.
” Lho kamu kan 2 minggu lalu baru pulang dari luar kota. Masa iya harus pergi lagi?” Radja seolah tak percaya dengan jawaban sang istri.
” Ya memang begitu kenyataannya, aku bisa apa. Udah deh aku bisa telat boarding kalo layanin kamu ngobrol. Kamu bangun sana mandi.” Bokep Jepang

Istrinya itu menutup koper yang sudah rapi dan menatap seluruh tubuh Radja. Tapi gerak matanya berhenti ketika melihat bercak basah di bagian selangkangan Radja.

” Kamu mimpi basah y Mas?” tanya si istri sambil mendengus dan menatap dengan sinis. Radja yang mendengar pertanyaan istrinya, menuju tempat yang dilihat sang istri. Dan menyadari apa yang membasahi celana tidurnya itu.

Sekarang ia sadar apa yang sedang terjadi. Ia bermimpi.

Rara menutup panggilan yang sudah berlangsung hampir 1 jam di handphonenya. Tanpa jeda ia lalu menghela napas lelah memikirkan apa yg tadi disampaikan oleh adiknya.

” Mbak yu, bapak ngutang maning. Sudah 3 kali yang nagih, gedor-gedor umah. Piye Mbak?”

Lagi, Rara menghela nafas ketika berpikir keterlaluannya ulah bapak kandungnya itu. Tidak cukup memadu ibu ketika ibu sakit, sekarang berhutang untuk istri keduanya dan kabur begitu saja. Meninggalkan beban kepada keluarga mereka.

Tanpa Rara sadar, air matanya menetes di pipinya yang mulus. Karena kelakuan bapaknya itu ia rela meninggalkan mimpinya untuk berkuliah dan bekerja menjadi pembantu di Jakarta. Mengumpulkan uang untuk membayar hutang dan biaya pengobatan sang ibu.

Beruntung majikannya begitu baik padanya, mengajarkan banyak hal dan kadang memberikan uang lebih untuk dikirimkan kepada keluarganya di kampung.

Rara tersenyum kecil dengan air mata yang masih mengalir mengingat itu. Majikannya itu….hhhh Rara melirik jam yang tertera di layar handphone-nya.
Pukul 10.45

Rara sejak dulu terbiasa tidur larut, dan kebiasaan itu tidak berubah sampai sekarang. Karena kebiasaan itu juga ia jadi sering bertukar cerita dengan majikannya itu. Karena kebiasaan itu juga Rara mengenal ‘dia’. Cinta pertamanya.

Mengingat cinta membuat ia makin merasa sepi dan sendiri. Sudah setahun ia menahan gejolak itu. Dan ia sadar akhir- akhir ini ada sesuatu yang membangkitkan gejolak itu untuk berkembang lebih besar lagi.

Rara termenung mengingat kejadian tadi sore.

Rara bersiap menyeberangi jalan raya di depan tempatnya bekerja saat sebuah mobil menghampirinya. Sempat terkejut ia saat menyadari siapa yang berada di balik kemudi stir.

” Kamu pulang ke arah mana?”
” Eh..iya Pak?”
” Kamu pulang ke arah mana?” laki-laki di balik setir mengulang pertanyaannya dengan dengusan kesal.
” Pasar Minggu, Pak.”
” Naik. Saya ada urusan juga di sekitar Pasar Minggu.”

Rara terlihat enggan. Ia memang pernah menggoda laki-laki ini. Tapi ia juga sadar posisinya hanya seorang kacung. Lagipula dia menggoda laki-laki itu karena kesal selalu diomeli.

” Tidak usah Pak, saya bisa naik bus kok.” Rara menolak halus tawaran laki-laki itu.
” Ngapain kamu sungkan begitu?? Kemarin juga kamu tidak sungkan melepas kancing baju kamu di depan saya.”

Pipi Rara bersemu merah mendengar ucapan laki-laki itu.

” Kan saya sudah jelaskan Pak. Saya lupa memasang kancing baju ketika kepanasan di Pantry.”
” Ya udah kalo gitu ayo masuk.” perintah laki- laki itu sekali lagi.
Setelah memastikan beberapa hal akhirnya Rara setuju untuk menumpang mobil berwarna putih itu.

Tak ada yang dibicarakan oleh Rara dan laki-laki yang menyetir disampingnya itu. Laki-laki itu fokus kedepan, sedangkan Rara terkadang melirik ke arahnya. Lebih tepatnya ke arah hal yang mengelembung di balik celana kain berwarna hitam yang dikenakan laki-laki paruh baya itu.

Baskoro bukan tidak sadar bahwa Rara sedari tadi melirik ke arah dirinya. Namun ia diam saja, mencoba fokus walaupun ia tahu itu adalah hal sia-sia.

Kemaluannya tidak bisa bersikap acuh tak acuh dengan pandangan seduktif Rara. Batang itu menggeliat, bangun dan membesar.

Oh God, dia bukan ABeGe yang baru mengenal video dewasa. Dia sudah memiliki 3 orang anak. Menjadi hal lucu kalau dia terangsang hanya karena diperhatikan oleh gadis itu.

” Kamu kenapa lirik-lirik saya terus?” tanya Baskoro tiba-tiba. Mengejutkan Rara.
” Eh tidak Pak. Saya tidak lirik-lirik.”
” Jelas-jelas dari tadi kamu melihat saya terus. Ada yang salah dengan muka saya?”

Rara gelagapan mendapatkan pertanyaan mendadak seperti itu. Wajahnya memerah menahan malu karna tertangkap basah memperhatikan laki-laki tua di sebelahnya.

” Maaf Pak.” lirih Rara dengan wajah tertunduk.

Baskoro sedikit merasa bersalah karena bertanya dengan nada tinggi. Ia lalu menyentuh paha Rara yang berbalut rok sepanjang lutut.

” Sudah, sudah. Saya tidak marah. Hanya bingung.” ucap baskoro pelan sambil mengelus tempat tangannya bersarang. Tubuh Rara sedikit meremang. Dari mulutnya keluar erangan kecil namun masih bisa tertangkap telinga Baskoro.
Tersadar, Baskoro menarik tangannya dari paha Rara dan kembali fokus kepada jalan di depan mereka tanpa melihat Rara yang menggigit bibir bawahnya.
” Pak, yang tadi itu..”

” Saya tidak sengaja. Saya hanya mau menenangkan kamu. Tidak usah berpikir saya bernafsu dengan kamu.” belum selesai Rara bicara, Baskoro lebih dahulu memotong.
” Saya bukan mau membahas yang tadi Pak. Saya juga sadar diri saya siapa. Saya cuma mau bilang, tadi itu jalan ke arah kos saya. Bapak terlewat jauh.” balas Rara sewot. 

Sok sekali laki- laki ini. Pikir Rara dalam hati.

Baskoro tidak menanggapi kalimat Rara. Bahkan meminta maaf karena salah sangka pun tidak. Hanya memasang wajah datar. Wajah menahan malu.

” Berhenti di sini saja pak. Putar baliknya nanti susah.” ujar Rara melihat wajah datar Baskoro.
” Terima kasih sudah mengantar saya Pak. Selamat sore.” pamit Rara ketika turun dari mobil Baskoro.

Dengan gerak cepat yang tidak Baskoro sangka Rara mengecup pipi sang kepala keuangan.

Rara tersenyum senang setelah kejadian itu terputar ulang di kepalanya. Ya, dia tahu cara mendapatkan uang dengan cepat. Hanya butuh sedikit manuver dan mangsanya ada digenggamannya.

Tidak, dia tidak akan menjual diri atau menawarkan dirinya kepada Baskoro. Baskoro lah yang akan bertekuk lutut meminta pelayanannya nanti.

Karna satu yang Rara pahami. Laki- laki akan memberikan apapun bahkan tanpa diminta, bila wanita dapat memberikan yang terbaik untuk selangkangan mereka.

Sejak hari di mana Baskoro mengantar Rara pulang untuk pertama kalinya itu, Baskoro menghindari keberadaan Rara. Dia tidak lagi memanggil Rara ketika ingin memesan kopi untuknya ataupun untuk kolega yang datang menemuinya.

Tentu saja hal itu membuat Rara kesal. Jika Baskoro terus menjauhi Rara, akan sulit buat Rara menjalankan rencananya. Bagaimana caranya mendekati duda itu kalau segala akses yang bisa digunakan Rara tertutup?

Rara terus berpikir keras. Membuat ekspresi terlihat lucu. Bibirnya yang selalu berbalut lipstik nude yang mengerucut terlihat menggemaskan bagi para OB rekan kerjanya yang kebetulan berada di pantry.

” Nopo toh Ra, misuh misuh gitu?” tanya Parjo yang sedang membuat minuman pesanan.
” Rapopo mas.”
” Rapopo piye? Mulutmu dari tadi monyong- monyong minta dicium”
” Ih mas Parjo apaan sih.” jawab Rara dengan menekuk wajah.
” Ya terus kenapa? Mbok ya cerita.”
” Ndak apa-apa. Aku cuma mikirin keluarga di kampung.”

” Ya wes kalo gitu. Kalau awakmu susah mas siap jadi pelipur lara hahaha.” badan kurus Parjo berguncang karna tertawa kencang. Rara hanya tersenyum malu-malu.
” Nah daripada kamu misuh, ngelamun. Ini diantar keatas. Ke ruang Pak Kiki iso toh?”

Rara mengangguk lalu berdiri dan mengambil nampan yang telah berisi cangkir- cangkir yang tersusun rapi.

” Hati- hati ya Ra.” Rara membalas dengan senyuman.

” Permisi Pak. Saya mau antar minuman.”
” Oh iya masuk Rara.”

Rara segera masuk ke dapam ruangan setelah diberi izin. Di dalam sana ada beberapa orang yang Rara tau adalah penghuni lantai 3 dan 4. Pak Kiki Kepala Marketing, Pak Budi, bagian HRD, Pak Feri, bagian Humas dan Pak Baskoro.

Rara meletakkan masing-masing cangkir dengan cekatan namun tetap terlihat anggun (please bayangin sendiri gimana bentuknya). Saat meletakkan cangkir milik Pak Feri, tak disangka tangan laki-laki berusia 39 tahun itu mengelus paha bawah Rara yang terbungkus rok sepanjang lutut dari belakang.

Terang saja Rara terhenyak, dan itu menarik perhatian Baskoro yang posisinya di seberang Rara. Rara tersenyum kecil mencoba menyapa Baskoro dan memberi kode minta tolong. Namun dilihatnya hanya Baskoro yang memalingkan wajahnya dari Rara.

Rara tanpa sadar langsung memasang wajah sedih dan segera pamit kepada Pak Kiki, dan itu membuat tangan Pak Feri menjauh dari pahanya. Tapi sempat-sempatnya lagi Feri menepuk pantat Rara saat gadis itu berbalik menuju pintu yang ditanggapi tawa dua rekannya yang lain.

” Fer, ini kantor. Jangan bawa kebiasaanmu itu lah. Kalian juga, bukannya menegur malah ikut tertawa” tegur Baskoro saat Rara telah meninggalkan ruangan itu.

” Halah Pak Bas, jangan sok alim. Bapak mupeng juga kan lihat badan montoknya itu OG. Apalagi bapak duda menahun. Nggak mungkin gak ada nafsu sama itu perempuan.” jawab Feri songong yang lagi- lagi ditanggapi tawa lainnya.

” Ckkk… body-nya itu weleh. Coba kalau dia bukan OG sini sudah ku jadikan kekepan. Nggak bisa bayangin aku kalau pantatnya itu naik turun di atas saya hahaaaa….” suara keras Budi terdengar menyahut.

” Hah, apa kurang perempuan yang sudah kamu pelihara? Masih mau nambah hahaaa ?” Pak Kiki tidak ketinggalan bersuara.

Baskoro hanya geleng-geleng kepala mendengar obrolan para laki- laki di hadapannya, tak berniat mengiyakan dan berkomentar lagi. Otaknya sibuk menyesapi rasa kopi yang berbeda. Dia tahu, kopi ini bukan buatan Rara.

Rara menghentakkan kaki dengan kasar saat menuruni tangga menuju lantai 2 tempat pantry berada.

Ia kesal dengan sikap Pak Baskoro yang mengacuhkannya. Bukannya hari itu Baskoro mengelus pahanya? Artinya laki- laki itu peduli padanya kan? Lalu kenapa sekarang mengacuhkannya?

Terlebih lagi tadi, apa laki- laki itu tidak menyadari tatapan minta tolongnya? Ia tidak bodoh, ia tahu Feri berkantong tebal. Tapi ia juga tau Feri laki- laki beristri yang hobi main perempuan.

Paling tidak sepertiga karyawan kantor yang berbadan asyik pernah dimasukinya. Belum lagi ada kabar bila Feri memiliki simpanan di luar. Laki- laki seperti itu hanya mengingatkan Rara pada ayahnya yang haus sex. Dan Rara benci laki- laki seperti itu.

Lalu bagaimana dengan ‘dia’? Apa Rara membencinya juga? Rara termenung. Terdiam sesaat mengingat laki- laki itu juga sudah berkeluarga. Lalu cepat ia menggeleng. ‘Dia’ berbeda, apa yang terjadi pada laki- laki itu bukan kehendaknya. Ada alasan ia bermain dibelakang istrinya. Rara tahu karna menyaksikannya dari hari ke hari.

Asyik dengan pikirannya membuat Rara tidak memperhatikan langkah kakinya. Ia tidak sadar kalau undakan tangga di bawahnya lebih pendek dari yang lain. Dan akhirnya ….

Brukkkk!!!!

” RARAAAAA!”

Rara keluar dari loby kantor tepat ketika Baskoro tiba dari makan siang di rumah makan terdekat. Dahinya mengernyit melihat Rara berjalan dipapah laki- laki yang Baskoro tahu adalah rekan Rara sesama kacung di sana.

” Ini ada apa. Kenapa harus peluk-pelukan?” tanya Baskoro mendekati mereka berdua.

” Rara jatuh dari tangga Pak. Kakinya terkilir, jadi saya mau antar dia pulang.”
Baskoro terkejut mendengarnya dan melihat pergelangan kaki kanan Rara yang terbalut perban.

” Kamu mau antar dia pakai apa? Motor? Sudah kamu temani dia disini. Saya ambil mobil dulu. Biar saya yang antar dia.”

Office Boy yang memapah Rara seperti keberatan dan hendak membantah Baskoro, namun melihat Baskoro yang mendelik, akhirnya OB itu merelakan kesempatan mengetahui rumah Rara sang pujaan hatinya.

Baskoro tidak bisa pura- pura tak peduli kepada gadis yang sedari awal mencuri perhatiannya itu. Ia tahu tidak sepantasnya ia tertarik kepada gadis yang cocok jadi anak atau bahkan menantunya ini. Tapi ia tidak dapat membohongi hatinya walau sekuat apapun ia menghindar. Perasaan yang ia sangka tidak akan muncul lagi setelah kepergian sang istri kini tumbuh.
Diliriknya kaki Rara yang terbalut, jujur ia khawatir melihat itu. Juga kesal, mengapa gadis ini ceroboh hingga membuat kakinya terkilir. Apa sih yang dipikirkan gadis itu saat melangkah.
” Kaki kamu bagaimana?” tanya Baskoro memecahkan sunyi
” Sudah lumayan Pak hanya nyeri saja.”
” Kamu memangnya sedang mikirin apa sampai bisa jatuh dari tangga??”
Rara menunduk, wajahnya yang kuning langsat merona seketika. Hal itu tak lepas dari pandangan Baskoro yang melirik dari kaca spion.
” Saya memikirkan… hmmm… ba..ba… bapak.” jawab Rara tergagap.

Mendengar itu sontak Baskoro langsung mengerem kendaraannya. Rara terlonjak ke depan, beruntung sealt belt terpasang rapi hingga dia tidak membentur dashboard.
” Kamu bilang apa ?? Memikirkan saya?”
Rara hanya mengangguk pelan dengan wajah yang makin tersipu.
” Kamu….hmm…. suka sama saya?” ragu Baskoro bertanya.
Rara hanya menutup wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus. Membuat Baskoro gemas. Baskoro melepaskan seat beltnya. Menghadap Rara dan memegang kedua bahu gadis itu.
” Jawab pertanyaan saya. Kamu suka sama saya?”
Rara masih diam dengan wajah tertutup telapak tangan.

” Rara…” Baskoro memanggil Rara dengan suara yang terdengar lebih serak. Rara yang menyadari perubahan suara Baskoro mendongak. Menatap kedua netra yang berwarna hitam pekat.
” Jawab !” perintah Baskoro. Rara yang seolah terhipnotis hanya sanggup mengangguk.
” Jawab dengan mulut. Saya tidak tahu maksud kamu.”” I…” belum selesai kata- kata yang keluar dari bibir Rara, bibir mungilnya itu telah menempel dengan bibir kasar milik Baskoro.
Entah sejàk kapan Rara berpindah posisi menjadi duduk di pangkuan Baskoro. Suara cecapan keduanya mengiringi aksi lidah mereka yang saling membelit. Bergerak liar seolah berlomba meraup lawan. Sesaat benang air ludah mereka memanjang kala mereka melepas pagutan bibir untuk sejenak meraup udara yang terasa menipis. Kala paru- paru mereka kembali penuh dengan oksigen, bibir mereka kembali menyatu.
Rara menggigit bibir bawah Baskoro menggoda agar lelaki itu kembali membuka bibirnya dengan sadar. Menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut pria paruh baya di hadapannya. Tangannya yang mengalungi leher Baskoro merambat naik meremas rambut yang sebagiannya mulai memutih saat Baskoro meremas bokong Rara yang berada tepat di atas selangkangan Baskoro.

Rara tidak memiliki banyak pengalaman berciuman. Hanya dengan ‘dia’ Rara pernah melakukan hal itu dengan segala tekhnik. Tapi Rara tahu, ciuman yang diberikan Baskoro berbeda dengan ciuman milik ‘dia’. Ciuman Baskoro terkesan penuh emosi, bukan nafsu. Baskoro seakan menumpahkan segala hal yang dirasakan pria itu. Rasa ragu, yang bercampur dengan kerinduan yang ia tidak mengerti darimana datangnya.

Rara memanfaatkan hal itu dengan baik. Terus memagut bibir Baskoro, memancing nafsu laki-laki itu. Rara sadar, tidak akan ada kesempatan lain baginya untuk melempar kailnya kalau ia melewatkan saat ini begitu saja. Dengan tekhnik berciuman yang pernah diajarkan ‘dia’ Rara berusaha menaikan kegairahan laki-laki tua dibawahnya.

Tak lama bagi Baskoro yang lama menduda untuk terangsang. Cara Rara mengeksplore mulutnya membuat gelenyar tersendiri bagi dirinya. Ia tidak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan seperti ini bahkan dengan almarhum istrinya dulu. Selalu ia yang menjadi tokoh utamanya, memimpin setiap permainan ranjang rumah tangga mereka. Namun hari ini, untuk pertama kalinya, Baskoro merasakan apa itu yang namanya diperlakukan bak raja. Pagutan yang terjadi antara dirinya dan Rara membuat dirinya merasa lebih muda. Membuat dirinya kembali penuh dengan geloran semangat. Bokep Korea

Rara sendiri kini mulai turun menciumi rahang Baskoro. Mengecup setiap inci permukaan yang terasa halus karena rajinnya sang empu mencukur jambang yang mulai tumbuh. Bibir Rara juga menciumi sudut bibir Baskoro. Sesekali menggigit bibir bawah Baskoro.

Kemudian Rara bergerak menuju cuping telinga laki- laki itu. Baskoro sendiri tidak tinggal diam, tangannya dengan sigap meremas gundukan yang selama ini hanya ia nikmati belahannya saja ketika gadis itu mengantarkan kopi untuknya. Remasan itu sesekali lembut dan menguat setiap kali Rara mengecup keras setiap jengkal leher Baskoro.

Dengan tangan gemetar Baskoro berusaha membuka kancing kemeja yang masih membungkus kedua payudara Rara, matanya membulat melihat penampakan bongkahan besar berwarna putih yang setengahnya tertutup bra berwarna hitam. Selama ini ia hanya membayangkan bentuk payudara gadis itu kala malam menemaninya. Tidak pernah dalam mimpi sekalipun terlintas ia akan menyentuh bongkahan daging yang terlarang untuk dia sentuh.

Baskoro mengelus pelan bagian atas payudara Rara yang menyembul. Matanya menatap sayu mata Rara, meminta izin untuk menikmati hidangan di depannya. Rara hanya memberikan senyuman kecil sebagai jawaban. Karena memang itu yang Rara harapkan.

Merasa mendapat izin, Baskoro menarik turun bra hitam itu hingga isinya mencuat, memantul mengenai ujung hidung Baskoro. Seketika wangi khas dari keringat yang melingkupi dada dara itu menguar, menusuk penciuman Baskoro. Membuat pria itu makin hilang akal dan menangkupkan kedua tangannya ke atas payudara berukuran besar milik Rara.

Tangan besar Baskoro mulai meremas gundukan bulat yang sekarang terasa lebih nyata karena tidak tertutup apapun. Puting kecilnya yang kecoklatan terlihat menggoda Baskoro untuk segera melabuhkan jarinya di sana. Gemas, Baskoro melintir kedua puting yang tegak mengacung. Rara bergerak gelisah, menggelinjang kegelian.

Dari mulutnya terdengar erangan pelan saat puting kecilnya tak lagi dimainkan oleh jari Baskoro melainkan berganti dengan mulut lelaki paruh baya tersebut. Bibir kasar Baskoro terasa mengelitik ditambah dengan gesekan yang disebakan kumis melintang Pak Raden milik Baskoro. Lidah Baskoro pun tak ketinggalan memainkan pentil susu si gadis yang sekarang melonjak kegelian.


Payudara kanan Rara terasa basah dan lembab oleh air liur Baskoro, sedangkan yang sebelah kiri diremas-remas oleh tangan besarnya. Sesekali jarinya mencubit, memelintir puting kirinya. Lima menit di sana, Baskoro mengganti target kenyotannya. Sekarang dada kiri Rara yang terasa geli. Mengisap penuh nafsu layaknya bayi yang kehausan. Seakan ada sari kehidupan di sana. Desahan Rara makin kencang apalagi tangan kiri Baskoro menelusup ke dalam roknya. Kedua dada Rara kini sudah basah oleh air liur akibat diisap, dijilat bergantian oleh Baskoro. Gerakan Rara pun makin tak beraturan karena gairah yang makin besar.

Pantatnya bergerah maju mundur, memutar ke segala membuat Baskoro mengerang di sela hisapannya. Rara tahu apa yang dirasakan lelaki itu. Ia bisa merasakan kemaluan lelaki itu yang bergerak membesar walau dilindungi celana. Laki- laki itu sudah terbakar nafsu dan menjadi pejantan yang siap menyetubuhi betinanya. Kemaluan Baskoro terasa makin besar di bawah sana. Meminta dipuaskan.

Tangan Rara bergerak menuju selangkangan Baskoro. Mencoba membuka sabuk pinggangnya. Namun gerakannya terhenti oleh tangan Baskoro yang tiba- tiba menahannya. Rara menoleh, menatap Baskoro penuh tanya. Baskoro hanya menggeleng pelan. Enggan menerima ajakan Rara. Baskoro menarik tangan Rara menjauh. Melarang Rara membuka celananya, tapi Rara dapat melihat lami- laki itu tidak sungguh- sungguh. Karena mata pria itu berbicara hal yang bertentangan dengan mulut Baskoro. Pun tubuhnya. Rara bisa melihat kabut gairah yang melapisi mata pria itu.

Dengan lembut Rara mengecup bibir Baskoro. Mengecup rahang dan cuping telinganya. Kembali meraup bibir Baskoro, membangkitkan gairah pria tua itu lebih banyak. Tangannya meraba dada berbulu Baskoro dari sela kancing kemeja laki- laki itu yang terbuka. Diikuti tarian lidah pada rongga mulut sang pria.

” Biarin Rara bikin bapak enak ya?” ucap Rara dengan suara yang mengalun merdu diiringi goyangan pantatnya yang menggesek kemaluan Baskoro setelah melepaskan pagutan penuh air liur mereka.

Rara tak menunggu jawaban, karena erangan dari bibir Baskoro yang disertai remasan pada bokongnya sudah cukup mengandung arti iya baginya. Rara turun dari pangkuan Baskoro, berjongkok dengan lututnya yang menempel pada lantai mobil. Diacuhkannya rasa nyeri yang sedikit melanda pada pergelangan kakinya. Ia tidak boleh kalah oleh rasa sakit yang tidak seberapa ini.

Rara sigap membuka ikat pinggng yang melekat di celana Baskoro. Diikuti membuka resleting celana kain berwarna coklat milik pria itu. Tepat ketika Rara menurunkan celana dalam lelaki itu, penis lelaki itu melompat keluar. Mengacung tinggi menunjukkan keperkasaannya kepada dunia. Rara takjub melihat kemaluan milik Baskoro. Di dunia ini hanya dua orang yang penisnya pernah Rara lihat.

Bapaknya yang bajingan itu dan ‘dia’ laki- laki cinta pertamanya. Penis Baskoro berbeda dengan penis bapaknya yang kecil. Tenggelam oleh perutnya yang membuncit menjijikan. Walaupun Baskoro juga buncit, namun tidak separah bapaknya itu. Penis Baskoro juga berbeda dari milik ‘dia’. Penis Baskoro tidak sepanjang milik ‘dia’ tapi lebih tebal dengan helm merah yang merekah bagai jamur.

Memperhatikan penis Baskoro dengan jarak sangat dekat membuat vagina Rara sendiri berdenyut. Rara membayangkan bagaimana rasanya dimasuki dengan benda yang lebih besar dari yang pernah dia rasakan. Tapi Rara cepat menyadarkan dirinya. Waktu tidak memadai untuk dia melakukan hal itu. Dia cukup melakukan serangan pertama hari ini.

Rara mulai menggenggam penis Baskoro, mengurutnya pelan. Menggerakkan genggamannya naik turun. Baskoro sendiri memejamkan matanya saat merasakan jari halus milik Rara menyentuh permukaan kulit penisnya. Sungguh andai Rara tidak melakukannya niscaya ia akan melupakan betapa lembutnya jemari makhluk bernama wanita.

Baskoro bukannya tidak pernah bermain wanita setelah istrinya meninggal. Tapi entah kenapa tidak ada satu wanita yang mampu membuatnya bergairah, atau membuat penisnya setidaknya berdiri setengah tenggak. Namun dengan Rara berbeda. Gadis itu tidak perlu melakukan apapun untuk membuat dirinya mandi air dingin setiap hari.

Hanya dengan aroma tubuhnya yang sekilas tercium Baskoro bisa seharian mencoba membuat kemaluannya tertidur. Dan sekarang, dengan gadis itu berjongkok di bawahnya, penisnya langsung bereaksi dengan brutal. Menegang dengan kondisi super maksimal.

Baskoro masih menikmati kocokan tangan Rara di penisnya saat tiba- tiba dirasakannya sesuatu yang lembab dan lebih lembut menyentuh kepala penisnya. Baskoro membuka kelopak matanya, menunduk dan tercengang melihat Rara yang mencium ujung kemaluannya tersebut. Baskoro menahan nafasnya saat lidah Rara menjilati permukaan ujung penisnya, mencucukkan lidahnya di sela lubang kencingnya.

Lalu sesekali menghisapnya pelan. Rara juga menjilati seluruh permukaan batang penisnya hingga ke pangkal seolah penisnya adalah es krim nikmat yang sayang dilewatkan. Diacuhkan bau keringat yang muncul dari selangkangan Baskoro. Tak ketinggalan skortum yang mengantung juga tak luput dari lumatan bibir sensual Rara.

Dan saat yang ditunggu akhirnya tiba. Baskoro merasa melayang kala dirasakannya penisnya itu dilingkupi sesuatu yang basah. Setengah dari batang penisnya itu sudah masuk kedalam mulut mungil Rara yang kini terlihat mengembung. Kepala Rara bergerak naik turun kala mengulum penis besar Baskoro. Sesekali lidahnya menari di kepala penisnya. Menggoda lubang kencingnya.

Gerakan kepala Rara makin cepat dan penisnya makin dalam tenggelam dalam mulut Rara. Baskoro hanya bisa mengerang nikmat saat seluruh penisnya masuk lebih dalam lagi menerobos tenggorokan Rara. Wajah ayu Rara menubruk rimbunan rambut kemaluannya membuat sensasi tersendiri bagi Baskoro. Tak puas hanya dengan gerakan dari Rara, Baskoro mulai membantu Rara bergerak.

Kedua tangan Baskoro memegang kepala Rara. Mengambil alih gerakan Rara. Mempercepat ritme kepala Rara yang terus mengulum dan memainkan penisnya. Baskoro sungguh tidak peduli dengan erangan protes Rara yang tersedak, juga air liur yang mengalir di sela bibir gadis itu. Yang Baskoro pedulikan hanya rasa sesak yang menggumpal di dalam penisnya yang mendesak ingin keluar.

Makin cepat ia gerakan kepala Rara, dan saat pelepasan tiba, ditekannya kepala Rara hingga hampir seluruh batang penisnya tertelan. Kepalanya menengadah, mulutnya membuka tanpa suara saat dirasakannya spermanya kencang menyemprot tenggorokan Rara.

Crott crott crott crott

Rara yang merasa Baskoro sudah menyampai puncak gelagapan menelan sperma yang tertuang begitu banyak di mulutnya. Asin…rasa yang lama tidak Rara rasakan. Tidak ada waktu bernostalgia dengan rasa sperma yang ia rindukan. Menelan seluruh sperma yang dicurahkan Baskoro adalah prioritas jika tidak maka bisa saja sperma Baskoro menetes dari sela bibirnya dan mengotori jok mobil.

Saat semua sperma tertelan olehnya Rara menyedot lubang kencing Baskoro, membersihkan sisa- sperma yang mungkin masih menggantung, belum tuntas menyemprotkan diri. Diliriknya Baskoro yang bersandar lemas pada punggung kursi pengemudi. Di bibirnya tersungging senyum puas. Dengan pelan dielusnya kepala Rara yang masih sibuk membersihkan penisnya yang masih berdiri tegak.

Rara tersenyum melihat sebuah pesan yang diterima handphonenya. Sebuah nominal angka baru saja masuk ke dalam rekeningnya. Senyumnya makin lebar mengingat seperempat hutang bapaknya bisa ia bayarkan.

Tiga bulan menjalani hubungan dengan Baskoro, laki-laki itu sudah memberikan Rara nominal uang yang tidak sedikit. Tiga puluh lima juta dalam tiga bulan. Membuat Rara dapat membayarkan hutang bapak sialannya itu dengan lebih cepat.

Setiap bulan Baskoro mengirimkan Rara sejumlah uang yang tidak tentu nominalnya tanpa Rara memintanya. Memang Rara pernah bercerita tentang keluarganya, itupun karena Baskoro yang memaksa, dan Rara tidak meminta sepeser pun secara langsung kepada pria itu. Namun seperti yang Rara pernah ucapkan. Laki- laki pasti akan memberikan apapun kalau mereka terpuaskan. Dan terbukti kan. Jadwal 3 minggu sekali melayani Baskoro membuat Rara mendapatkan apa yang dia butuhkan.

Rara juga merasakan hubungan yeng lebih nikmat karena berhubungan dengan laki- laki yang tidak beristri. Tidak perlu ada rasa khawatir atau takut kepergok pasangan si pria. Tidak perlu sembunyi sembunyi untuk pergi bersama. Hanya di kantor saja Rara bersikap menjaga jarak, itu pun di depan umum. Rara masih tahu diri dan menjaga nama baik Baskoro. Rara tidak mau Baskoro mendapat masalah karena dirinya. Bagaimana juga, ia masih membutuhkan Baskoro.

Dering handphonenya tak lama terdengar. Nama Baskoro terpampang di layar handphonenya.

” Halo Pak.” sapa Rara segera setelah menekan tombol hijau.

” Saya masih di lantai 4. Kamu balik duluan saja. Nanti saya jemput di kos.” jelas Baskoro. Rara hanya menjawab iya dan Baskoro memutuskan panggilan singkat itu.

Rara kembali menekuni pekerjaan sebelumnya, mencuci beberapa cangkir yang tadi dipakai oleh para karyawan saat seorang OB yang dikenalnya bernama Rian memasuki pantry. Rian berdiri di sebelah Rara, membantunya meletakkan cangkir- cangkir bersih di rak pengeringan.

” Kamu balik sama siapa Ra?” tanya Rian tiba- tiba. Rara hanya menoleh singkat, dan kembali membersihkan tumpukan cangkir di depannya.
” Seperti biasa Mas. Sendiri.” jawab Rara tanpa memperhatikan Rian.
” Masa ? Bukan dijemput pacar?”

Rara hanya tersenyum sambil menggeleng.

” Aku boleh ngantar kamu pulang dong kalo gitu?”

Rara menghentikan gerakan tangannya, lalu berbalik menghadap Rian.

” Rara bukan nggak mau mas. Cuma kos Rara kan jauh dari sini. Setau Rara juga beda arah sama rumah mas. Jadi Rara nggak mau merepotkan mas.”
” Nggak kok Ra. Nggak sama sekali repot.” sanggah Rian, namun percuma, Rara hanya menggeleng. Tetap menolak ajakan Rian.
” Jangan jual mahal gitulah Ra. Sekali- kali nerima ajakan aku kan nggak apa- apa.”

Rara mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Rian. Memangnya salah kalau dia jual mahal dan menolak laki- laki tersebut?

” Begini juga saya punya uang kok Ra. Berapa sih paling mahal buat diservis kamu?” Kini alis Rara terangkat. Tidak mengerti ucapan Rian. Rara ingin menanggapi ucapan Rian, namun ia tahu itu percuma.

Rian masih terus bicara hal yang tidak Rara pahami, saat Rara menyelesaikan pekerjaannya dan mengeringkan kedua tangannya. Rara segera beranjak dari pantry menuju ruang loker. Ia tak mau membuang waktu mendengarkan ocehan tak berfaedah laki- laki ini yang makin lama makin tak jelas juntrungannya.

” Rara pamit ya Mas. Mau pulang. Udah jam 5.” menunjuk jam dinding tang tergantung di belakang mereka. Tapi Rian seolah tak peduli dan masih bersikeras mengajak Rara ikut pulang bersamanya. Ia bahkan mengikuti Rara yang sibuk berbenah di depan loker gadis itu. Rara yang sudah lelah bekerja, tak bisa lagi menahan sabar melihat Rian hang terus merongrongnya seolah ia memiliki hutang dengan laki- laki itu.

” Mas nggak paham kata tidak ya? Rara udah bilang Rara bisa pulang sendiri. Mas nggak bodoh kan?” ucap Rara keras membuat beberapa rekan kerja mereka yang juga bersiap pulang menoleh. Sebagian berbisik- bisik dan menatap ingin tahu apa yang terjadi. Wajah Rara yang memerah mengisyaratkan bahwa gadis itu sedang melampiaskan emosinya, namun mereka heran apa yang membuat marah gadis yang selalu ceria itu.

Rian yang merasa malu bergegas pergi tanpa berkata apapun. Namun dari raut wajahnya, dapat disimpulkan ia merasa sangat kesal pada Rara.. Rara menghela nafas panjang. Melirik jam dan juga bergegas meninggalkan ruangan itu tanpa memberikan penjelasan kepada orang- orang di sekitarnya.

Setibanya di kos satu jam kemudian, Rara segera mengangkat ke luar beberapa kardus barang yang sedari pagi sudah diletakkannya di dekat pintu kamarnya. Tas pakaian juga ia angkut bersamaan dengan beberapa paper bag besar.  Nonton Bokep

” Jadi pindah dek Rara?” tanya seorang wanita yang lebih tua dari Rara yang melongok dari balik daun pintu kamarnya saat mendengar suara gaduh.
” Iya mbak.” jawab Rara singkat tanpa menoleh. Ia masih sibuk menyusun kardus kecil yang akan dibawanya.
” lho itu kipas sama perabotan nggak di bawa?”

Rara menengok ke benda yang di tunjuk wanita itu.

” Nggak mbak. Rara tinggal aja. Di kos baru udah lengkap semua.”

” Ooo begitu. Memang kos barunya dimana?” sepertinya wanita itu kepo tingkat akut karena tidak berhenti bertanya. Rara menyebutkan nama daerah tempat tinggal barunya dan dihadiahi jawaban menyebalkan oleh wanita itu.

” Disewain sama om- om kemarin ya Ra? Di sana kan kos-kos mahal.” Rara hanya tersenyum kecil menanggapi. Rara sudah kebal tiga bulan selalu mendengar nyinyiran wanita yang tiap malam selalu pergi dengan pakaian seksi. Di lingkungan kos-nya, wanita ini memang dijuluki Ratu Kepo dan Ratu Nyinyir saking tidak bisa diam mulutnya itu. Beruntung tak lama terlihat Baskoro menghampiri Rara dan segera mengangkat barang- barang Rara tanpa basa basi.

Rara yang melihat itu segera paham kalau Baskoro tidak nyaman dan segera ikut berlalu dari kamar kos lamanya. Siapq juga yang nyaman berada di tempat yang terkesan kumuh itu? Kecuali orang yang memang hanya memiliki pendapatan terbatas saja yang mau berada di sana.

Itu sebabnya Baskoro memaksa Rara pindah dari sana. Selain lingkungan yang Baskoro rasa tidak aman, terlalu jauh dari kantor, Baskoro juga tidak nyaman dengan tatapan menyelidik dari tetangga Rara ketika ia mampir. Baskoro sadar, hubungan yang dijalaninya bersama Rara itu aneh.

Tidak akan ada yang percaya kalau ia berkata bahwa ia duda dan Rara bukan simpanannya. Mana ada seorang gadis cantik seperti Rara mau berpacaran dengan laki- laki tua yang mirip Pak Raden sepertinya? Maka setelah berdebat panjang, Baskoro mencari info tempat kos yang menurutnya sesuai dengan kriteria yang diinginkannya.

” Mbak, Rara pamit ya. Permisi.” ujar Rara singkat lalu melangkahkan kaki keluar dari pelataran kos itu. Walau kesal Rara tetap mencoba bersikap sopan. Baru lima langkah, suara wanita itu terdengar lagi.

” Perabotanmu buat aku aja ya Rara.” pintanya tak tahu malu. Rara mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Terserah mau diapakan, Rara tak lagi peduli.

Setelah berhasil menyusul Baskoro yang lebih dulu berada di mobil, Rara langsung ikut membantu menyusun barang- barangnya di belakang. Ia tidak mau berpangku tangan. Apa yang dilakukan Baskoro melebihi ekspetasinya. Ia tidak bisa bersikap. Seenaknya dan menjadi lupa diri.

” Nanti bapak langsung pulang ke rumah atau nginap?” tanya Rara sesaat setelah mereka berdua duduk manis di dalam mobil.
” Saya menginap. Nggak mungkin biarin kamu sendirian membereskan kamar.” jawab Baskoro dengan raut datar. Pria itu tidak berubah, masih berbicara dengan raut datar. Hanya saat berada di atas atau du bawah Rara saja ia menunjukkan ekpresi lebih. Ekspresi keenakan.” Anak-anak?” tanya Rara lagi. Rara mengetahui bahwa Baskoro memiliki tiga orang anak dengan istri pertamanya yang memiliki usia tak terpaut jauh darinya.
” Sudah saya hubungi. Mereka tahu saya ke tempat kamu.”
Nah bagian ini yang tidak pernah Rara mengerti. Bagaimana bisa dengan santai Baskoro bercerita soal dirinya kepada tiga anaknya itu? Dan hebatnya tidak ada yang protes atau marah. Walau begitu Rara belum ada keinginan mengenal ketiga anak Baskoro itu. Ia tidak ada rencana menikahi duda tua itu. Yang ada di pikirannya hanya bagaimana menjauhkan preman suruhan rentenir dan bapak sialannya menjauh dari ibu serta ke dua adiknya di kampung.

Share:
close
Dewa Poker
Copyright © Cerita Dewasa 69 | Powered by Blogger Design by ARS899 | Blogger Theme by LapakBaneer
Protected by Copyscape